Kamis, 07 Oktober 2010

komentar dari tugas TPKI 4

Nama : Yulia Masri
Semester : III B
NIM : 2009.1045
email : yulia_masri@yahoo.com
http : //yuliamasri-yuliamasri.blogspot.com
Tugas : TPKI

Kecelakaan Kereta Api ( KA ) yang mengenaskan. Berulang kali kecelakaan Kereta Api terjadi.kita katakan mengenaskan karena,kecelakaan ini menelan korban yang tidak sedikit, sebanyak 40 jiwa melayang dalam kecelakaan ini.Ini suatu peringatan sekaligus pelajaran penting ,bagi Bangsa ini. Khususnya bagi instuisi Transportasi di Indonesia. Kecelakaan ini menjadi pembelajaran yang amat berharga, agar jangan sampai terulang lagi.
Kereta Api Indonesia harusnya, lebih bijak dalam menangani masalah kecelakan ini. KAI juga mau mengakui kesalahannya. bukan dengan mengkambing hitamkan masinis, petugas lapangan, & pegawai kecilnya.ini menjadi PR bagi semua, kita harus mampu mengevaluasi kemampuan manajerial, dari pejabat – pejabat yang mengurusi perhubungan perkeretaapian. Pengelolaan kereta api yang baik, bukanlah sesuatu yang sulit untuk di pelajari. Kita bisa belajar dari banyak Negara, bagaimana mengelola sistem Kereta Api yang dapat diandalkan. Karena Kereta Api, merupakan sarana Transportasi yang vital.
Disamping itu, JAM KARET adalah ciri yang selalu mengingatkan kepada Kereta Api Indonesia. Dalam sejarahnya, Kereta Api Indonesia, tak pernah tiba tepat waktu sesuai jadwalnya. Telat 1-2 jam sudah biasa dan menjadi cerita lama, yang tak pernah di gubris sedikitpun, oleh pihak Kereta Api Indonesia. Harusnya para pegawai PT KAI, sadar bahwa mereka bekerja bukan untuk mencari kekayaan semata.mereka harus loyalitas, dalam kinerja yang baik dalam melayani masyarakat.
Untuk mengantisipasi supaya kecelakaan Kereta Api tidak terulang lagi. Maka diperlukan solusi perubahan, dengan keterpaduan kerja perhubungan, kepolisian, dan instansi – instansi, baik privat, maupun pemerintah. Agar semua sopir, / driver yang terkait dengan pelayanan umum seperti : sopir Bus, tak cukup punya SIM saja. SIM adalah hard skill. Soft skill seperti, kehati hatian, teliti, komitmen sebagai pelayan publik. Kalau hanya punya SIM tapi ugal- ugalan, mabok, dan sebagainya. Persyaratan masinis, sopir Bus, trailer dan sebagainya mesti dirubah.
Tidak terlepas dari semua itu, menurut sudut pandang dunia pendidikan.bahwa musibah kecelakaan tabrakan Kereta Api di pamalang. Tidak terlepas dari masih kurangnya sumber daya manusia itu sendiri. Memang di Negara kita Sumber Daya Manusia masih rendah. Di karenakan tingkat pendidikan rakyat Indonesia masih rendah. Kalau tingkat pendidikan Bangsa ini di tingkatkan, maka Sumber Daya Manusianya juga akan meningkat. Dengan begitu, akan meminimalisir kebobrokan dan kelemahan bangsa ini, di berbagai sektor. Bukan hanya di bidang perhubungan saja. Bisa jadi dengan meningkatnya SDM rakyat Indonesia, maka tidak akan ada lagi koruptor – koruptor di Negara ini. Yang menjadi musuh utama Bangsa.

catatan tugas TPKI 4

Catatan :
Pemaparan diatas, merupakan tugas dari Mata Kuliah Tekhnik Penulisan Karya Ilmiah ( TPKI ). Saya menuliskan wacana tersebut, menggunakan jenis wacana Narasi. Karena wacana diatas menyajikan cerita nyata, yang masalahnya berkisar pada suatu peristiwa.
Pada pengembangan paragraf, saya mengembangkan beberapa jenis paragraf diantaranya :
1. Paragraf pertama : Kalimat Topik pada Awal Paragraf ( Paragraf Deduktif ).
2. Paragraf kedua : Kalimat Topik di Akhir Paragraf ( Paragraf Induktif ).
3. Paragraf ketiga : Paragraf Non Linier.
4. Paragraf keempat : Paragraf Linier.
5. Paragrap kelima : Kalimat Topik di Awal dan di Akhir Paragraf ( Paragraf Campuran ).

TUGAS TPKI 4

Kecelakaan KA yang Mengenaskan
Sabtu, 2 Oktober 2010 16:56 WIB
ITULAH fakta yang harus kita terima ketika Kereta Api Agro Bromo Anggrek menabrak dari belakang Kereta Api Senja yang sedang berhenti di Stasiun Pemalang hari Sabtu dini hari. Lebih dari 40 penumpang tewas dalam kecelakaan yang mengenaskan tersebut.

Kita katakan mengenaskan karena tabrakan terjadi ketika KA Senja justru sedang berhenti untuk memberi jalan kepada KA Argo Bromo Anggrek mendahului mereka. Korban menjadi begitu banyak karena kita tidak siap untuk menangani kecelakaan.

Hingga lebih 12 jam setelah kecelakaan terjadi masih banyak penumpang yang belum bisa dikeluarkan dari dalam gerbong. Peralatan yang ada di Stasiun Pemalang sangat terbatas jumlahnya dan petugas medis serta rumah sakit pun jumlahnya tidak mencukupi untuk bisa menangani kecelakaan sebesar itu.

Kalau kita katakan bahwa kita kedodoran di segala bidang, inilah salah satu cerminannya. Belum lagi kalau kita ingat bahwa kecelakaan yang terjadi hari Sabtu itu tidak hanya terjadi di Stasiun Pemalang. Ada tabrakan di tempat yang lain dan juga menimbulkan korban, meski tidak sebanyak di Pemalang.

Di era yang mengutamakan kecepatan dan ketepatan, kita sungguh tidak siap. Kita masih mengandalkan pada sistem lalu lintas perkeretaapian yang manual. Kita masih mengandalkan kepada kerja manusia untuk sistem yang harus bekerja penuh selama 24 jam.

Padahal, dalam jaringan kereta api setidaknya ada 240 juta pengguna setiap tahunnya. Untuk mengantarkan penumpang yang jumlahnya sama dengan jumlah penduduk Indonesia itu, pasti lalu lintasnya sangatlah padat.

Pertanyaannya, seberapa besar investasi yang sudah dilakukan negara untuk menopang pergerakan manusia sebanyak itu? Teknologi seperti apa yang sudah kita aplikasinya untuk menjamin keakuratan jalannya sistem dan sekaligus menjamin tingkat keselamatan penumpang?

Berulangkali kecelakaan kereta api terjadi dan kita segera menerjunkan tim Komite Nasional Kecelakaan Transportasi untuk melakukan penyelidikan tentang penyebab kecelakaan. Tetapi apa lalu langkah perbaikan yang dilakukan selain menghukum masinis dan petugas stasiun yang dianggap lalai?

Pemerintah seharusnya berani untuk mengatakan bahwa ada sistem yang harus diperbaiki. Kalau kecelakaan kereta api itu selalu berulang, pasti ada sistem yang tidak lagi memadai untuk menunjang penyelenggaraan perjalanan kereta api.

Sistem perkeretaapian yang kita miliki sebagian besar adalah peninggalan Belanda. Jaringan rel kereta api yang kita pakai masih jaringan yang dulu dibangun oleh Daendels. Kalau pun ada penambahan di zaman Republik ini, jumlahnya sangat minim.

Termasuk juga sistem sinyal dan pergantian jalur rel masih banyak yang dilakukan secara manual. Kita sangat tergantung kepada orang untuk lalu lintas yang begitu padat dan umumnya terjadi di saat orang sedang nyenyak untuk tidur.

Kecelakaan yang terjadi di Pemalang tidak bisa hanya direspons dengan melihat lokasi kecelakaan dan menghukum orang-orang kecil di bawah. Kita harus melakukan tindakan yang lebih dari itu, termasuk mengevaluasi kemampuan manajerial dari pejabat-pejabat yang mengurusi perhubungan dan perkeretaapian.

Kita harus berani melakukan itu karena kereta api adalah angkutan rakyat. Begitu banyak orang yang menggunakan sarana transportasi ini. Oleh karena banyaknya orang yang menggunakan kereta api, hingga harus menangani secara benar karena sedikit saja keliru menangani maka akibatnya fatal dan masif.

Lebih dari 40 orang yang meninggal dalam sebuah kecelakaan sungguh merupakan musibah yang luar biasa. Di negara maju, satu saja penumpang tewas dalam kecelakaan kereta api, pejabatnya sudah langsung mengundurkan diri.

Pengelolaan kereta api yang baik bukanlah sesuatu yang sulit untuk dipelajari. Kita bisa belajar dari banyak negara bagaimana mengelola sistem kereta api yang bisa diandalkan. Yang diperlukan tinggal kemauan dan political will bahwa kereta api merupakan sarana transportasi yang vital.

Kalau China dalam waktu pendek bukan hanya bisa menata sistem perkeretaapiannya dengan baik, bahkan kemudian mengembangkan teknologi kereta api yang maju, masak kita tidak bisa. Presiden selalu mengatakan, kalau bangsa lain bisa, kita harus bisa. Buktikanlah ucapan itu, jangan hanya sekadar berhenti sebagai slogan politik belaka.

Selasa, 18 Mei 2010

Makalah Kelompok Psikologi

PRUSTASI

BAB II
FRUSTASI

A. Pengertian Frustasi
Kata frustasi mempunyai banyak arti dan pemahaman. Bahkan para psikolog (ahli ilmu jiwa) sendiri bersilang pendapat tentang arti frustasi; ada yang menyebutnya pembatas eksternal yang menyebabkan seseorang tidak dapat mencapai tujuan, sementara ada pula yang menganggap frustasi sebagai reaksi emosional internal yang disebabkan adanya suatu penghalang.
Secara etimologi (bahasa) frustasi berasal dari bahasa Yunani, frustatio yang berarti perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam mencapai tujuan. Frustration (Inggris), yang berarti kekecewaan.
Sebelum lebih lanjut menjelaskan pengertian frustasi, perlu kiranya diketahui bahwa yang mula-mula mengemukakan pendapat betapa pentingnya frustasi itu diselidiki ialah Sigmund Frud, yaitu seorang psikonalisis, beserta sarjana-sarjana modern lainnya.
Seperti permasalah di atas bahwa frustasi ada yang mengatakan sebagai pembatas eksternal dan ada juga yang berpendapat sebagai reaksi emosional internal. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Dollard (ahli psikolog) dan kelompoknya bahwa frustasi adalah kondisi eksternal yang membuat seseorang tidak memperoleh kesenangan yang diharapkan.
Disamping itu, frustasi juga ada yang mengartikan sebagai keadaan seseorang yang sedang kalut karena terlalau banyak masalah, tekanan atau yang lainnya sehingga tidak dapat menyelesaikannya. Dan ada juga ahli psikolog yang mengartikan frustasi itu adalah keadaan seseorang yang mengalami keputusasaan menghadapi masalah yang ada dan orang itu menyerah untuk menyelesaikannya dan akhirnya mengalami kekecewaan.
Demikian banyak pendapat para ahli tentang frustasi, namun kalau kita teliti lebih dekat dari keseluran pendapat itu intinya sama, yaitu suatu hasrat dalam batin yang tidak diberi kepuasan atau tidak dipenuhi karena suatu rintangan dan kita merasa kecewa karenanya. Atau dengan kata lain, keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat/dorongan yang tidak dapat terpenuhi.

B. Faktor penyebab frustasi
Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti ada sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah itu. Begitu juga frustasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab awalnya.
Woodworth dalam bukunya psychology, mengemukakan bahwa rintangan-rintangan (penyebab) frustasi itu dapat dibagi menjadi 4 golongan besar:

1. Rintangan-rintangan (penyebab) yang timbul bukan dari manusia (selain manusia)
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa frustasi itu terjadi akibat adanya hasrat/motif yang tidak terpenuhi dan hal itu mengakibatkan kekecewaan yang mendalam. Kecewaan yang mungkin dialami itu timbulnya bukan karena hubungan dengan manusia saja, tapi mungkin timbul dari adanya hubungan dengan hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain yang berinteraksi dengan kita. Seperti contoh : Seorang kusir (sais) ingin cepet-cepat mengemudikan delmannya menuju ke Station kereta api untuk mengambil penumpang yang turun dari kereta api yang sebentar lagi datang. Namun, tiba-tiba saja kudanya mogok tidak mau berjalan karena kelelahan dan lapar. Lama sang sais berusaha dan mencambuki kudanya dengan maksud kudanya kembali berjalan dan lekas lari, namun hal itu sia-sia belaka kudanya tidak mau berjalan apalagi berlari. Sementara itu kereta api telah tiba di Station dan tidak lama kemudian beragkat lagi. Dan sang sais tidak mendapatkan penumpang satu orang pun.



2. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia
Frustasi yang disebabkan oleh seseorang umumya lebih mengganggu atau lebih terasa dari pada yang disebabkan oleh sesuatu yan bukan manusia seperti permasalahan yang pertama. Hal itu mungkin karena manusia itu lebih mudah mengeluarkan pendapatnya, dan lebih dapat merasakan daripada hewan, tumbuhan atau benda yang tidak mempunyai pemikiran atau mungkin tidak bernyawa. Seperti contoh : Seorang pemain bola dengan asiknya membawa bola menuju ke daerah pertahan lawan yang sebentar lagi sampai ke daerah finalti, dengan dibarengi keinginan/hasrat memasukan bola ke gawang lawan. Namun, tidak disangka tiba-tiba datang lawan yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan akhirnya berhasil merebut bola yang padahal tinggal beberapa langkah lagi bersarang di gawang lawan.

3. Pertentangan antara moktif-motif fositif yang terdapat dalam diri seseorang
Frustasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua pilihan atau lebih yang keduanya bersifat fositif dan akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan. Seperti contoh : Seorang anak perempuan mempunyai keinginan untuk pergi ke acara concert salah satu band favoritnya. Tetapi malam itu juga ia berhasrat untuk menyenangakan ibunya yang ia sayangi, yang sebenarnya tidak menyukai kepergiannya ke acara concert itu. Jika kedua motif itu sangat kuat dan seimbang, sukarlah bagi si anak perempuan itu memilih mana yang akan dilaksanakan. Kedua motif itu sama baiknya. Apabila pergi ke acara concert berarti ia akan mengecewakan ibunya, kalau tidak, berarti tidak melihat grouf band favoritnya. Betulah pertimbangan yang akan dipikirkannya. Demikian pula di dalam diri ibunya terjadi suatu perasaan yang tidak enak karena sudah melarang anaknya. Sebagai seorang ibu yang baik ia harus menyenangkan anaknya, tapi disisi lain ia juga harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, karena ia menganggap membiarkan anaknya pergi ke acara itu tidak baik bagi anaknya. Pertentangan antara keinginan untuk menyenangkan ibunya kalau si anak dan menyenangkan anaknya kalau si ibu akan menimbulkan pemikiran dan akhirnya akan menimbulkan frustasi dalam diri si anak dan si ibu.

4. Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat dalam diri orang itu
Motif-motif negatif biasanya menimbulkan pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan (motif fositif), diantara motif negatif : kemalasan, takut akan hukuman, merasa bersalah atau berdosa.
Sebagai contoh : pada suatu malam, sebut saja si Amir ingin sekali menonton pergelaran wayang golek di suatu hajatan yang tidak jauh dari rumahnya. Tetapi karena malam itu bukan malam minggu jadi harus belajar sebagaimana biasanya. Akan tetapi keinginan untuk menonton itu tetap kuat. Mau minta ijin kepada ayahnya tidak berani (takut), karena sudah tentu ayahnya tidak mengijinkan. Kalau pergi secara sembunyi-sembunyi takut ketahuan. Akhirnya dengan hati gelisah ia tetap belajar di rumahnya.
Dengan demikian, penyebab frustasi itu timbul bukan hanya dari dalam dirinya saja (internal), tetapi bisa juga timbul dari luar dirinya (eksternal) yang berinteraksi dengan dirinya. Sember yang berasal dari dalam termasuk kekurangan dirinya sendiri, seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari frustasi saat seseorang mempunyai tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Sedangkan penyebab eksternalnya mencangkup kondisi-kondisi di luar dirinya, seperti jalan macet, tidak punya uang, cinta ditolak, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh, dll.

C. Dampak atau reaksi frustasi

Seseorang yang mengalami frustasi akan bereaksi secara tidak sadar untuk memerangi tekanan batin yang menimbulkan rasa sakit atau stress. Reaksi itu disebut reaksi mekanistis (defense mechanism). Dengan reaksi itu, ia berusaha untuk mempertahankan harga dirinya dari relita yang ia hadapi.
Reaksi mekanistis ( defense mechanism) dapat dibagi menjadi beberapa bentuk pokok perilaku dalam upaya penyesuaian, yaitu :
1. Agressive Reaction (Reaksi menyerang, menentang)

Seseorang yang mengalami frustasi bisa melakukan tindakan menyerang atau menentang, baik objek penghalang penyebab frustasiatau terhadap objek pengganti yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini jika tindakan menyerang berlangsung dalam jangka waktu lama, maka akan mendapat respon tidak baik. Reaksi agresiv ini banyak dijumpai pada kehidupan kanak-kanak, karena kanak-kanak itu umumnya masih sangat dipengaruhi oleh perasaan yang subyektif. Di dalam ilmu jiwa, anak bisa disebut “manusia ketika” yakni manusia yang hidupnya hanya untuk “masa kini” saja. Daya berpikirnya dan perasaan sosialnya belum begitu berkembang. Anak-anak susah mengendalikan hawa nafsunya. Demikian pula pada orang-orang bersifat pemarah, sentimental, dan orang-orang yang kurang luas pandangan dan pengetahuannya.

2. Withdrawal Reaction ( reaksi menghindar)
Reaksi menghindar atau Withdrawal Reaction dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Repression

Represi adalah peruses peminggiran dari kesadaran, berpikir maupun perasa yang menimbulkan kepedihan, rasa malu, atau bersalah menurut para ahli jiwa (psikonalisis), keinginan-keinginan dan dorongan yang telah menimbulkan frustasi iu telah didesak masuk ke dalam ketidaksadaran. Reaksi yang demikian disebut reaksi represi, yang berarti juga pendesakan. Tetapi sesungguhnya frustasi itu belum dapat hilang seluruhnya, karena keinginan-keinginan yang telah didesakan itu tetap hidup di dalam ketidaksadaran.

b) Fanstasy or day dreaming

Ketika hasrat terganjal oleh relita, orang itu boleh lari ke dunia hayalan yang biasa memuaskan keinginannya yang terhalang. Seseorang dapat mencari pemuasannya dalam fantasi atau berhayal sesuai dengan cita-cita/keinginannya dengan berhayal itu seolah–olah ia telah mencapai apa yang diharapkannya ini dapat pula dilakukan dengan menonton film/dengan membaca cerita-cerita, kemudian ia mengidentifikasikan dirinyaa dengan pelaku-pelaku dalam film itu atau cita-cita yang ia inginkan.

c) Regression

Di dalam regresi seseorang melarikan diri dari realita yang menyakitkan dan dari tanggung jawab yang diembannya menunjukan arah keberadaan masa kanak-kanaknya yang terlindungi. Orang itu kembali kebiasaan lamanya dalam upaya penyesuaian diri agar terlepas dari kepenatan batinnya seperti; Menangis, mencubirkan bibir seperti yang biasa anak-anak melakukan, atau perilaku yang meminta diperhatikan, dan lain-lain yang dulu pernah dikerjakan pada masa kanak-kanak. Seperti contoh ; Si Ardi sudah duduk di kelas VI Sekolah Dasar. Pada suatu hari ia meminta uang kepada ibunya untuk membeli layang–layang, tetapi tidak diberi. Mula-mula si Ardi merenggek-renggek terus pada ibunya, tetapi tetap tidak diberi uang. Lama-kelamaan makin keras tangisannya dan ia berguling-guling menangis di depan ibunya, dengan maksud ibunya merasa kasihan dan segera memberi uang. Perbuatan si Ardi ini sudah tidak pantas lagi bagi seorang anak yang sudah berumur 10 tahun. Perbuatan demikian adalah perbuatan anak yang berumur kira-kira tiga tahun. Jadi kelakukan si Ardi itu sebenarnya menunjukan suatu kemunduran, ditinjau dari perkembangan jiawanya menurut umurnya, karena itu reaksi tersebut dinamakan regresi atau kemunduran. Atau dengan kata lain, regression adalah suatu reaksi dari seseorang invidu yang telah dewasa tapi menunjukan tingkah laku yang umum bersifat kekanak-kanakan.

3. Copromise Reactions (reaksi kompromistis)
Di sini intividu harus menyerah kepada suasana yang mengancam atau tidakmengenakkan sebagai akibat frustasi, tetapi tanpa harus menyerah total sehingga tujuan yang diimpikan tetap bisa terealisasi.

4. Sublimasi (sublimation)
Reaksi itu dikatakan reaksi sublimasi karena di dalamnya terdapat suatu usaha untuk melepaskan diri kegagalan dan ketidakpuasaan dengan jalan mencari kemungkinan yang lebih baik dalam mencapai tujuannya. Bahkan kalau perlu dengan jalan mengubah tujuannya yang sama sekali berbeda dengan tujuan yang menimbulkan frustasi.
Seperti contoh : Seseorang yang mempunyai dorongan atau motif yang selalu ingin berekelahi apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, lalu dorongan-dorongan atau motif itu disalurkan kpada kegiatan latihan tinju untuk menjadi seorang petinju.



5. Komfensasi

Komfensasi hampir bersamaan dengan sublimasi, yakni penyaluran jiwa dengan jalan mengalihkan usaha ke arah tujuan atau perbuatan lain, guna mencapai kepuasan. Tetapi terutama komfensasi itu dilakukan oleh sesorang yang menderita perasaan kurang harga diri yang disebabkan oleh cacat tubuh, kebodohan, kemiskinan, ketidak sanggupan mencapai sesuatu, dan sebagainya.
Seperti contoh : Seorang murid yang tidak pandai dalam suatu mata pelajaran mungkin ia mencari jalan agar dapat menarik perhatian temen-temennya dengan jalan membuat gaduh pada waktu pelajaran itu, atau mungkin ia akan mencari prestasi yang lebih tinggi dari teman-temannya dalam mata pelajaran lain.
Disamping yang di atas, frustasi juga bisa dan akan membuat orang menjadi gelap dan pahit segala pemikirannya. Seperti uraian berikut :
Di antara buah pahit frustasi itu adalah: Pertama, frustasi tidak mungkin mengubah apapun. Rasa frustasi tidak akan mendorong orang untuk berbuat, menggerakkan orang yang diam, ataupun membangkitkan keinginan. Bahkan frustasi itu hanya akan membuat pengidapnya hanya menunggu akhir yang menyedihkan: ia tidak akan berbuat apapun; tidak akan berpikir, berusaha mensiasati, dan hanya akan terus menunggu kematian dan kesudahan. Kedua, frustasi akan mengendurkan orang-orang di sekitarnya dan tidak menghentikan bahaya atas dirinya. Orang yang frustasi selamanya akan berbicara dengan orang lain dengan sejumlah ungkapan semisal, “Tidak ada harapan lagi,” “Perkaranya lebih besar daripada apa yang Anda bayangkan, jadi Anda jangan terlalu menyibukkan diri dengan perkara semisal itu,” “Pikirkanlah urusan diri Anda sendiri,” dll. Ketiga, frustasi akan melahirkan pola pikir (‘aqliyyah) memahami berbagai peristiwa secara keliru yang akan berdampak pada pola jiwa (nafsiyyah) pengidap rasa frustasi itu. Frustasi biasanya akan mendorong pengidapnya membayangkan suatu bahaya yang pada dasarnya belum tentu akan terjadi; menganggap mimpi sebagai realitas yang terindera. Ini terkait apa yang tidak terjadi. Adapun terhadap peristiwa yang terjadi, frustasi akan membuat pengidapnya tidak lagi memandang peristiwa sebagaimana adanya (obyektif). Jika Anda menyampaikan berita-berita mengenai kemajuan dakwah, Anda akan melihat dia meremehkan berita itu, dan meragukan kebenarannya. Keempat, frustasi akan membuat pengidapnya selalu melihat pada aspek negatif dan membesar-besarkannya. Orang-orang frustasi itu selamanya akan memandang sisi gelap ini dan menyebarkannya. Sebaliknya, mereka akan menyurutkan aspek positif sekaligus meremehkan dan mengecilkannya.
D. Solusi Pencegahan Frustasi
Segala sesuatu yang terjadi di bumi ini pasti ada sebab dan akibatnya, dan segala sesuatu yang terjadi pasti ada jalan keluarnya. Begitu juga dengan frustasi, pasti ada solusi dan cara untuk mencegahnyaa. Seperti ada pribahasa yang mengartakan “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Berikut adalah solusi pencegahan frustasi :
Pertama, kita harus memahami bahwa frustasi itu tercela secara syar‘i maupun menurut akal sehat kita. Menurut akal sehat, bagaimanapun buruknya realitas yang ada, suatu aktivitas perubahan pastilah meninggalkan pengaruh. Adapun secara syar‘i, frustasi tidak dinyatakan di dalam nash syariat kecuali dalam posisi tercela; apalagi jika frustasi itu sampai pada tingkat berputus asa dari rahmat Allah, itu termasuk sifat orang kafir. Allah Swt. berfirman:
]إِنَّهُ لاَ يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ[
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir. (QS Yusuf [12]: 87).Satu hal penting, kita harus memahami bahwa frustasi (putus asa) tidak mungkin mendorong kemajuan. Kita memang harus memahami betapa buruknya realitas kita saat ini, baik realita individu atau realita umat; juga memahami seberapa jauh tantangan yang akan kita hadapi, seberapa jauh bahayanya, dan seberapa jauh penyimpangan yang menimpa umat. Akan tetapi, pemahaman itu tidak boleh melampaui batasnya, karena hal itu tidak mungkin mendorong kita untuk berbuat, malah justru akan membuat kita diam saja dan menyerah. Kedua, seimbang dalam kritik. Sesungguhnya kritik itu harus bersifat obyektif dan seimbang. Ketika kita menyampaikan kritik dan melewati batasnya, maka hal itu akan mengantarkan pada frustasi. Ketiga, memahami kebenaran bahwa Allah Swt. tidak membebani segala sesuatu kepada kita kecuali sebatas apa yang kita mampu. Allah tidak menetapkan tujuan/target yang mustahil kita capai. Ini saja sebenarnya cukup untuk mengatasi rasa frustasi. Keempat, memahami bahwa mengatasi frustasi merupakan metode untuk sampai pada solusi, dan bahwa harapan/pertolongan selamanya akan datang setelah datangnya berbagai kesulitan. Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt.:
]حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا[
Hingga jika para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka pertolongan Kami. (QS Yusuf [12]: 110). Keenam, memahami bahwa berbagai peristiwa yang lahiriahnya buruk sejatinya sering merupakan kebaikan. Allah Swt. berfirman:
]فَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئَاً وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْراً كَثيراً[
Mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS an-Nisa' [4]:
Demikianlah solusi dalam pencegahan frustasi. Jangan pernah untuk menyerah, dan yakinlah segala sesuatu memepunyai hikmah dibalik semuanya itu.

Tugas Makalah Individu

BEHAVIOURISME

BAB II
ALIRAN PSIKOLOGI BEHAVIOURISME


A. Sekilas Tentang Behaviourisme
Aliran Behaviourisme adalah satu aliran dalam ilmu psikologi yang menekankan objek penelitiannya pada perilaku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang objektif dalam mempelajari manusia.
Aliran ini mengemukakan bahwa obyek psikologi hanyalah perilaku yang kelihatan nyata, dan menolak pendapat sarjana psikologi lain yang mempelajari tingkah laku yang tidak tampak dari luar.
Jadi bisa dikatakan psikologi Behaviourisme sebagai “ ilmu jiwa tanpa jiwa “ dalam artian ilmu tentang study ke-jiwa-an tapi bukan itu sendiri yang jadi objek penelitiannya, akan tetapi adalah tingkah laku, prilaku yang dapat dilihat dan diamati serta di analisis.
Aliran psikologi Behaviourisme didirikan pada tahun 1913 oleh JB Watson yang kemudian dikembangkan dan di gerakan oleh BF Skiner. Aliran Behaviourisme juga termasuk Aliran Revoliusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang dalam.
Behaviourisme lahir sebagai reaksi terhadap Instrokpesionisme dan psikoanalisa. Behaviourisme ingin menganalisa bahwa prilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan di ramalkan.
Kaum Behaviourisme memang sangat mengagungkan proses belajar, terutama proses belajar Asosiatif atau proses belajar Stimulus, Respon sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia ( Goble, 1987 : 23 ).
Behaviourisme memandang bahwa ketika manusia lahir, dia tidak membawa bakat apapun . Manusia berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.pandangan ini beranggapan bahwa apapun jadinya seseorang satu-satunya yang menentukan adalah lingkungannya.


B. Ciri – ciri utama Aliran Behaviourisme
1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman bathin dikesampingkan dan hanya perubahan gerak gerik pada badan sajalah yang di pelajari. Maka sering dikatakan bahwa Behaviourisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
2. Aliran Behaviourisme kuat berorientasi pada ilmu alam; dan sesuai dengan psikologi asosiasi, ia selalu mencari elemen-elemen tingkah laku yang paling sederhana, yaitu refleks.
3. Segala macam perbuatan dikembalikan pada refleks. Behaviourisme mencari unsur- unsur yang paling sederhana yakni perbuatan- perbuatan bukan kesadaran, yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu perangsang. Manusia dianggap suatu kompleks refleks atau suatu mesi reaksi.
4. Behaviourisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut Behaviourisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.
5. Faktor pembawaan dan bakat tidak mempunyai peranan sama sekali; “pendidikanlah” yang



C. Prinsip Dasar Behaviourisme.
Behaviourisme tidak menyelidiki kesadaran dan peristiwa-peristiwa psikis karena hal ini adalah abstrak, tidak dapat dilihat sehungga tidak dapat diperiksa dan dapat dipercayai. Oleh sebab itu, ahli-ahli faham ini memegang teguh prinsip :
(1) Objek psikologi adalah behavior, yaitu gerak lahir yang nyata, atau reaksi reaksi manusia terhadap perangsang – perangsang tertentu.
(2) Unsur behavior adalah refleks, yaitu reaksi tak sadar atas perangsang dari luar tubuh.
(3) Prilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak.
(4) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
(5) Penganjur utama adalah Watson : Overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
(6) Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi Behaviourisme dan akhirnya pandangan Behaviourisme juga menjadi tidak seekstrim Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
(7) Aliran Behaviourisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
(8) Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi Behaviourisme ke dalam dua periode, yaitu Behaviourisme awal dan yang lebih belakangan



D. Tokoh dan Teori Aliran Beaviorisme.
1. John Broadus Watson
Teorinya yang disebut Watson Behaviorism. Disini Watson mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku. Karangan-karangan Watson yang penting antara lain : Behavior;an I Introductio to Comperative Psychology (1914), Behaviorism (1925), Psycology as Behaviorist View it (1913), dll...
2. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike mengembangkan teori asosiasionisme yang sangat sistematis dan salah satunya teori belajar yang paling sistematis. Ia membawa ide-ide asosiasi para filsuf ke dalam level yang empiris dengan melakukan eksperimen terhadap ide-ide filosifis tersebut. Thorndike juga mengakui pentingnya konsep reinforcement dan reward serta menuliskan teorinya tentang ini dalam ‘law of effect’ tahun 1898 (bandingkan dengan Pavlov yang baru menuliskan idenya tentang reinforcement pada 1902)
3. William James
James adalah perintis jalan filsafat pragmatisme. Pandangannya tentang filsafat dan psikologi ditulis dalam bukunya “Principles of Psychology”. Adapun pokok ajaran Pragmatisme itu adalah : tiap berpikir mengandung maksud tertentu, yaitu menyempurnakan hidup.
4. Mac Dougall
Sebagai ahli jiwa, Mac Dougall mempelajari masalah insting sedalam-dalamnya. Insting dipandang sebagai pendorong penting dalam segala kegiatan. Ia memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gerak perbuatan dan tingkah laku hewan dan manusia. Namun demikian ia kadang-kadang menyerang sifat-sifat mekanistis dari behaviourisme.